Daya Tarik Wisata Pura Tirta Empul

Tampaksiring merupakan sebuah nama kecamatan yang berada di kabupaten Gianyar. Dari kota Gianyar untuk menuju desai ini memerlukan jarak kurang lebih 17km atau memerlukan waktu 32 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Tampaksiring ini terdapat banyak sekali daya tarik wisata yang sangat terkenal dan sudah menjadi incaran para traveler kelas dunia. Salah satu tempat wisata yang paling populer di kalangan wisatawan mancanegara yaitu wisata Pura Tirta Empul.

Tirta Empul
Sumber : Google

Pura Tirta Empul menjadi populer dikalangan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun nusantara karena tempat ini sangat strategis, satu jalur menuju Kintamani yang juga banyak sekali tempat wisatanya. Bahkan, mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama bersama keluarganya sempat mengunjungi tempat wisata Pura Tirta Empul pada tanggal 27 Juni 2017. Uniknya, di sebelah barat tempat wisata Pura Tirta Empul terdapat Istana Presiden yang dibangun pada pemerintahan Presiden Soekarno.

Di daya tarik wisata Pura Tirta Empul ini terdapat pemandian suci yang khusus untuk pemelukatan (pembersihan diri) yang bernama Tirta Empul yang secara etimologi Tirta Empul terdiri dari dua kata yakni tirta yang artinya suci dan empul yang artinya keluar dari dalam tanah. Jadi Tirta Empul dapat juga diartikan sebagai air suci yang menyebur keluar dari tanah kemudian Tirta Empul dapat diartikan sebagai air suci yang menyebur keluar dari tanah kemudian tempat suci yang ada di kawasan pemandian suci ini juga diberi nama yang sama yakni Pura Tirta Empul. Air dari Tirta Empul ini akan mengalirkan ke Tukad Pakerisan. Sepanjang aliran sungai ini terdapat beberapa peninggalan purbakala seperti candi tebing Gunung Kawi dan relief Bebitra.

Tempat Melukad di Tirta Empul
Sumber : Google

Menurut beberapa sumber, pemandian suci Tirta Empul ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa. Sedangkan pura Tirta Empul dibangun pada masa pemerintahan Raja Masula Masuli. Sama seperti pura pada umumnya di Bali, kawasan pura Tirta Empul dibagi menjadi tiga bagian yang disitilahkan dengan mandala, yakni nisata mandala (halaman muka), madya Mandala (halaman tengah), dan utama mandala (halaman dalam). Pada nista mandala terdapat kolam yang dihuni ribuan ikan, candi gelung (kori agung) yang biasanya dipakai sebagai spot untuk berfoto-foto wisatawan asing, dan wantilan sebagai tempat istirahat bagi pengunjung yang hendak melakukan persembahayangan ataupun sebagai tempat mempersiapkan sarana dan prasarana untuk melakukan pemelukatan.

Selain bangunan-bangunan di atas, pada area nista mandala juga terdapat kolam pancuran permandian sebagai tempat untuk melukat. Terdapat dua buah kolam persegi empat panjang dan sebuah kolam berbentuk persegi. Kolam tersebut mempunya 30 buah pancuran yang berderet dari Timur ke Barat menghadap ke Selatan. Masing-masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri yang diantaranya pancuan pengelukatan, pembersihan, Sudalama dan Pancuran Cetik (Racun). Kolam di Pura Tirta Empul ini lebih mirip seperti Kolam Pemandian Air Panas Banjar, namun bedanya adalah pancuran di Pemandian Air Panas Banjar berbentuk kepala naga namun jika di Pura Tirta Empul ini pancuranya lebih mirip seperti cangkang keong.

Tirta Empul
Sumber : Google

Air yang dialirkan oleh pancuran ini cukup dingin dan juga segar, karena air ini baru saja muncul dari sumber mata air tanah. Umat hindu yang melakukan ritual pelukatan di kolam ini terlebih dahulu mempersembahkan sebuah "canang" dan dupa yang diletakkan tepat diatas pancuran. Sembari melakukan pelukatan, umat hindu akan berdoa sesuai keinginannya.

Para wisatawan juga diperbolehkan untuk ikut menyucikan diri di kolam pancuran ini, syarat utamanya adalah kalian harus menggunakan "Kamen", semacam sarung adat khas Bali yang biasa dikenakan oleh umat Hindu saat bersembahyang di dalam pura. Tidak mengherankan pada saat berkunjung ke tempat wisata ini akan terlihat wisatawan asing yang ikut serta melakukan pembersihan diri (melukat) dipancuran ini dengan ikut mengantri dengan masyarakat setempat yang juga melakukan ritual pemelukatan.

Pada madya mandala (halaman tengah) merupakan area sumber mata air dari aliran yang nantinya akan dialirkan ke pancuran-pancuran pada nista mandala. Sumber mata air suci ini diberi nama Tirtha Ceeng. Tirtha Ceeng ini memiliki semburan air yang terus mengalir setiap harinya dengan debit air yang konstan meski sedang musim kemarau maupun penghujan. Sedangkan pada utama mandala (halaman dalam) terdapat bangunan utama yang bernama Tepassana. Bangunan suci ini merupakan stana dari Dewa Indra (Tuhan yang Maha Esa sebagai penguasa hujan dan petir). Bangunan ini yang menjadi ciri khas dari pura Tirta Empul dan berbeda dengan pelinggih pada umumnya, karena pada atasnya terlihat separuh dan ditumbuhi rumput ilalang yang dibiarkan tumbuh begitu saja.

Untuk menunjang kegiatan kepariwisataan di tempat wisata pura tirta empul, pemerintah setempat sudah menyediakan fasilitas yang memadai seperti akses jalan yang sudah diaspal sangat baik, area parkir yang sangat luas, toilet, warung makan dan juga minuman, restoran, dan penginapan. Untuk menikmati suasana di tempat wisata ini kalian harus membayar tiket sebesar Rp. 15.000 per orang dan juga membayar retribusi parkir sebesar Rp. 2.000 untuk sepeda motor dan untuk mobil harus membayar Rp. 5.000. Jam buka daya tarik wisata ini mulai pukul 07.00 - 17.00 WITA setiap harinya. Jika adanya perayaan keagamaan misalnya perayaan nyepi, maka tempat wisata ini akan ditutup sementara.

Kawasan Tirta Empul
Sumber : Google

Lokasi dan Cara Akses ke Pura Tirta Empul
Lokasi tempat wisata Pura Tirta Empul berada di Jl. Tirta, Jalan Desa Manukaya, kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Dari Bandara Ngurah Rai berjarak kira-kira 54 km (sekitar 1 jam 36 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor) dan dari kota Denpasar berjarak kira-kira 41 km (sekitar 1 jam 11 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor). Untuk mengakses tempat ini kalian wajib membawa kendaraan pribadi, karena tidak ada angkutan umum yang melayani rute ke tempat ini.

Sumber Informasi  :

  • Penelitian Lapangan
  • Masyarakat Lokal
Penulis : Adilah Ata Nazhima S.Par


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel