Motivasi Perjalanan Wisata

Wisatawan adalah orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya tersebut. Tipologi wisatawan merupakan aspek sosiologis wisatawan yang menjadi bahasan yang penting karena pada penelitian ini akan meneliti persepsi wisatawan terhadap suatu objek wisata. Menurut Plog, 1972 (dalam Pitana. 2005) mengelompokkan tipologi wisatawan sebagai berikut : 

1)    Allocentris, yaitu wisatawan hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum diketahui, bersifat petualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat lokal.

2)    Psycocentris, yaitu wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan wisata sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan di negaranya.

3)   Mid-Centris, yaitu terletak diantara tipologi Allocentris dan Psycocentris

Menurut Pitana (2005), tipologi wisatawan perlu diketahui untuk tujuan perencanaan, termasuk dalam pembangunan kepariwisataan. Tipologi yang lebih sesuai adalah tipologi berdasarkan atas kebutuhan riil wisatawan sehingga pengelola dalam melakukan pengembangan daya tarik wisata sesuai dengan segmentasi wisatawan dan juga destinasi wisata yang ada di daerah tersebut.

Motivasi Melakukan Perjalanan Wisata

Motivasi dipandang sebagi bagian dari sisi kebutuhan dan keinginan psikologi maupun biologis, yang meliputi dari bagian yang tidak dapat dipisahkan yang dapat mendorong dan menarik seseorang untuk membuat suatu aktivitas tertentu di dalamnya. Karena paradigma pariwisata erat hubungannya dengan manusia dan juga sifat manusia, maka terbangunlah proposisi yang kompleks untuk memahami mengapa seseorang melakukan perjalanan wisata dan apa yang mereka ingin nikmati dalam perjalanan wisatanya.

Menurut (Dann,, 2003) pada beberapa penelitian tentang pariwisata, konsep motivasi dibagi menjadi dua klasifikasi yakni motivasi pendorong dan penarik. Seseorang melakukan perjalanan wisata disebabkan oleh faktor-faktor yang mendorong dari dalam diri mereka sendiri, dan faktor-faktor yang menarik yang berasal dari atribut destinasi pariwisata yang mereka kunjungi. 

Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:

1)    Physical or physiological motivation ( motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain               untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan               sebagainya.

2)    Cultural Motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi,            dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya                   (bangunan bersejarah).

3)     Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang          kan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enhancement yang                             memberikan  kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation.

4)      Social motivation atau Interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti                         mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal yang dianggap                            mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang                        membosankan dan sebagainya.

            Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan itu sendiri dan faktor eksternal. Secara intrinsik, motivasi berbentuk karena adanya kebutuhan dan/atau keinginan manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan tersebut dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan prestise dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

            Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang terbentuknya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti norma sosial, pengaruh atau tekanan keluarga dan situasi kerja yang terinternalisasi dan kemudian berkembang menjadi kebutuhan psikologis. Motivasi wisatawan untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutin untuk mengembalikan harmoni di masyarakat, sehingga pariwisata dapat dipandang sebagai salah satu bentuk terapi sosial.

        Motivasi merupakan faktor penting bagi calon wisatawan di dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Calon wisatawan akan mempersepsi daerah tujuan wisata yang memungkinkan, di mana persepsi ini dihasilkan oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya dan informasi yang didapatkannya.

            Apapun motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata, maka bagi seorang wisatawan perjalanan tersebut akan mempunyai beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:

a. Perjalanan wisata merupakan wahana penyegaran dan regenerasi fisik dan mental.

b. Perjalanan wisata merupakan kompensasi terhadap berbagai hal yang melelahkan, sekaligus juga sebagai wahana integrasi sosial bagi mereka yang di rumahnya merasa teralienasi.

c. Perjalanan wisata merupakan pelarian dari situasi keseharian yang penuh ketegangan, rutinitas yang menjemukan, atau kejenuhan-kejenuhan karena beban kerja.

d. Perjalanan wisata merupakan mekanisme bagi seseorang untuk dapat mengeluarkan perasaannya, melalui komunikasi dengan orang lain termasuk dengan masyarakat lokal.

e. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mengembangkan wawasan.

f. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mendapatkan kebebasan.

g. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk realisasi diri.

h. Perjalanan wisata memang merupakan sesuatu yang menyenangkan, membuat hidup lebih bahagia.

Sumber : Google 


         




Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel