SERPIHAN SURGA DI TIMUR INDONESIA (PULAU KOMODO/KOMODO ISLAND)

SERPIHAN SURGA DI TIMUR INDONESIA ‘KOMODO ISLAND’

Pulau Rinca


“The world is a book, and those who don’t travel read only one page.”

 Itulah kata-kata yang sering diucapkan dosen saya ketika di kelas, salah satu motivasi untuk mendorong saya agar tidak berdiam diri di kostan. Karena dunia ini sangat luas untuk di explore. Banyak sekali kegiatan wisata yang ingin saya lakukan, mulai dari berpetualang di gunung, ‘snorkeling dan berenang’ di pantai, sampai berkunjung ke desa wisata untuk belajar dan mengikuti aktivitas masyarakat lokal disana. Tetapi, terkadang banyak sekali hambatan yang sering saya alami ketika ingin melakukan traveling. Misalnya, keterbatasan budget karena status saya yang masih mahasiswa dan waktu luang karena banyaknya kegiatan kuliah yang harus di jalani. Kedua hal itu yang membuat saya putus asa untuk melakukan suatu perjalanan, namun saya punya banyak cara untuk menghentikan itu semua. Berawal dari sebuah perencanaan, semua yang ingin kita lakukan pasti akan tersusun dengan baik. Begitu juga saat merencanakan sebuah perjalanan, semua harus disusun secara sistematis agar perjalanan yang dilakukan menyenangkan dan tidak ada kendala. Seperti mencari informasi seputar tentang daerah tujuan wisata, akomodasi serta aksesbilitas. Memiliki waktu luang dan uang juga merupakan syarat penting sebelum melakukan sebuah perjalanan. Buat kalian yang masih kuliah maupun yang sudah bekerja, kalian bisa menyisihkan uang untuk menabung. Setelah uang sudah terkumpul, cobalah pilih waktu yang tepat untuk traveling agar tidak mengganggu waktu kuliah atau kerja kalian. Karena waktu luang itu sangat penting dalam melakukan perjalanan. Sesudah itu jaga kesehatan jasmani dan rohani agar perjalanan kalian lebih nyaman dan menyenangkan. Terakhir, angkat ranselmu dan mulailah traveling. Cara itu biasanya yang saya lakukan sebelum memulai traveling. 2

“It leaves you speechless, then turns you into a storyteller.”

Bicara soal perjalanan, kali ini saya ingin menulis sedikit cerita perjalanan ke Timur Indonesia pada awal bulan April 2017 kemarin tepatnya Pulau Komodo, Manggarai Barat, Labuan Bajo. Pulau Komodo dikenal sebagai tempat habitat asli hewan komodo. Pulau ini merupakan kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Banyak sekali wisatawan baik itu wisatawan mancanegera ataupun wisatawan nusantara yang ingin mengunjungi pulau ini. Selain itu, Pulau Komodo juga diakui oleh Situs Warisan Dunia atau United Nations Educational, Scientific and Culture Organization (UNESCO). Pada tahun 2011 Taman Nasional Komodo juga masuk dalam daftar “New Seven Wonders Of Nature” yang diakui oleh Dunia. Sebenarnya Taman Nasional Komodo tidak semata-mata dikenal dengan tempat habitat hewan komodo saja. Melainkan, terdapat juga pulau-pulau di sekitar kawasan Taman Nasional Komodo yang memiliki panorama savanna dan pemandangan bawah laut yang yang sangat indah. Hal itu menjadikannya daya tarik pendukung yang sangat potensial. Salah satu potensi yang terdapat di pulau-pulau di sekitar Taman Nasional Komodo yaitu wisata baharinya. Wisata bahari yang dimaksud misalnya, memancing, snorkeling, diving, ‘kano dan bersampan’. Sedangkan di daratan, potensi wisata yang dapat dilakukan yaitu pengamatan satwa, ‘hiking dan camping’. Setelah adanya perkembangan pariwisata di Indonesia, Taman Nasional Komodo dijadikan salah satu destinasi kebanggaan yang dimiliki oleh Indonesia. Bahkan sekarang jumlah kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara semakin meningkat setiap tahunnya. Itulah alasan kenapa saya menilai Pulau Komodo merupakan destinasi yang wajib dikunjungi. Bahkan wisatawan mancanegara saja berbondong-bondong ingin ke pulau komodo, masa iya saya sebagai warga Negara Indonesia tidak ingin kesana. 3

 “Life was meant for good friends and great adventures!”

9 Orang sedang mengadu nasib di Kapal selama 26jam

Kali ini saya pergi bersama 8 orang teman, yaitu Dina, Elsa, Elvina, Guido, Nina, Rio, Shindi, Wawan dan tentu saya sendiri Adilah. Mereka memiliki karakter dan pemikiran yang berbeda-beda, meskipun begitu mereka merupakan orang-orang hebat. Saat ini kami masih kuliah di salah satu universitas atau perguruan tinggi negeri di Bali. Namun 9 orang dari kami memiliki jurusan yang berbeda-beda, hanya 4 orang dari kami yang berasal dari Fakultas Pariwisata. Kami merencanakan perjalanan ini dengan waktu kurang lebih sekitar 2 bulan. Apalagi waktu 2 bulan itu cukup singkat dan membuat kami seperti dikejar-kejar oleh waktu. Semua harus kami persiapkan mulai dari tiket pergi sampai pulang dari Bali-Labuan Bajo, akomodasi di Labuan Bajo, informasi seputar Labuan Bajo dan Pulau Komodo, sampai kapal untuk sailing yang membawa kami berkeliling Pulau Komodo serta gugusan pulau lainnya yang ada di sana. Kami saling berbagi tugas dalam memudahkan dan melancarkan rencana yang telah kami buat. Kami harus saling berkontribusi karena ini bukan perjalanan menggunakan Tour Operator, melainkan menggunakan perjalanan mandiri dimana semua orang harus terlibat didalamnya dan kami mempersiapkan bersama-sama tanpa adanya keterpaksaan. Dengan pertimbangan yang matang, kami memutuskan untuk melakukan perjalanan laut dari Bali menuju Labuan Bajo menggunakan kapal laut milik Pelni yaitu kapal KM Leuser. Kapal ini harganya relatif cukup murah sekitar Rp. 228.000/orang dan kami sudah dibawa berlayar mengarungi samudera selama 26 jam untuk sampai ke Pelabuhan Tilong Labuan Bajo. Menurut kami, kapal ini kurang dijaga kebersihannya karena di ruangan tempat kami tidur masih banyak kecoa kecil yang berkeliaran sehingga kami merasa kurang nyaman saat tidur di kapal ini. Selama di kapal kami menghabiskan waktu dengan bermain uno, bercerita, dan menikmati indahnya laut serta samudera bersama-sama. Kami merasa beruntung menggunakan kapal Pelni ini, 4 bahwasannya selama 26 jam itu kami bisa saling mendekatkan diri satu sama lain dan belajar untuk tetap bersyukur dengan perjalanan yang sedang kami lakukan.

 “Life is a journey, not a destination.”

 Akhirnya, setelah berada di kapal selama 26 jam dan jauh dari keramaian, terlihatlah kota kecil yang merupakan pintu gerbang. Dari situlah mimpi kami akan segera dimulai. Saat melihat tulisan “Selamat Datang di Labuan Bajo” rasa lelah serta ngantuk kami semua terasa menghilang, Kapal menepi ke dermaga dan masyarakat lokal disana menyambut kami dengan sukacita. Kami sampai pada pukul 02.00 waktu setempat (WIT) dan kami awalnya sudah merencanakan untuk menginap di ruang tunggu kapal Pelni dalam mengehemat pengeluaran, namanya juga backpacker. Disini banyak juga calo-calo yang mengerubungi kami dan menawarkan berbagai paket perjalanan ke Pulau Komodo, Waerebo sampai Kelimutu. Namun kami tolak secara sopan untuk tidak menyakiti hati mereka semua. Setelah sampai di ruang tunggu kami semua beristirahat, walaupun secara bergantian dikarenakan kami harus menjaga semua barang yang kami bawa. Di setiap perjalanan, rasanya kurang lengkap bila tidak ada masalah. Salah satu masalah yang kami alami yaitu saat tidur di ruang tunggu kami di palak secara tidak sopan oleh 2 pria yang sedang mabuk. Mereka sudah mengincar dari awal saat kami datang namun karena kami tidak ingin diganggu lebih lanjut, kami memberi mereka sedikit uang agar mereka cepat pergi. Kejadian tersebut kami jadikan pelajaran untuk selalu berhati-hati dalam melakukan setiap perjalanan.

Pukul 05.00 WIT, empat orang dari kami keluar dari areal pelabuhan untuk mencari tempat sarapan dan mandi, karena jam 07.00 WIT kami sudah ditunggu oleh pihak kapal sailing yang sudah kami pesan sebelumnya. Setelah berkeliling cukup jauh sekitar 20 menit, kami bertemu dengan bapak yang sedang membersihkan halaman di depan warungnya. Bapak itu bernama Pak Suyono yang merupakan orang perantauan dan sudah 20 tahun bertempat tinggal di Labuan Bajo. Sekarang beliau sudah mempunyai usaha warung makan Bugis. Pak Suyono sangat baik karena 5 memperbolehkan kami mandi di rumahnya, dan kami sangat bersyukur serta beterima kasih telah dipertemukan dengan Pak Suyono. Waktu sudah menunjukan 07.00 WIT kurang, kami langsung kembali lagi menuju dermaga Labuan Bajo. Di dermaga ini banyak sekali kapal-kapal kecil yang bersandar untuk memenuhi kebutuhan wisatawan mancanegara maupun nusantara untuk melakukan sailing ke Pulau Komodo. Mulai dari kapal open deck yang awalnya merupakan kapal nelayan yang dirubah sedikit untuk menjadi kapal sailing. Selain itu ada kapal-kapal yang memiliki kamar atau biasa disebut cabin class, baik berupa cabin fan ataupun cabin ac.

Komodo  Squad
Setelah berkeliling mencari kapal yang menjadi teman perjalanan kami selama 4 hari 3 malam, kami bertemu dengan pemilik kapal namanya pak Noerdi. Beliau memiliki banyak sekali kapal-kapal sailing yang disewakan ke wisatawan, mulai dari yang murah sampai yang mahal. Kami sepakat memakai kapal pak Noerdi karena harganya yang cukup murah untuk ukuran cabin ac, dimana kami hanya membayar Rp.1.800.000/orang untuk 4 hari 3 malam. Fasilitas yang ada juga cukup lengkap, disini kami sudah mendapatkan makan 3x sehari selama 4 hari, alat-alat snorkeling, kamar yang terdapat ac, serta crew lokal yang sangat friendly sekali. Selain itu, kami juga akan dibawa mengelilingi destinasi yang berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo yang totalnya ada 13 destinasi. Sailing kali ini kami ditemani oleh seorang kapten bernama Pak Said, seorang koki bernama pak Yunus, dan dua orang crew yaitu kak Fikran dan kak Akmal. Mereka sangat baik kepada kami, bahkan mereka juga selalu membuat kami tertawa dengan lelucon khas yang selalu mereka buat. Makanan yang dibuat oleh pak Yunus juga sangat lezat, dan makanan tersebut mengandung 4 sehat 5 sempurna.

Mohon maaf itu yg diatas ngapain?
“Sekali kalian berkunjung kesini, pasti kalian akan merasa betah untuk berlamalama disini. Dan ketika pulang, kalian akan berniat untuk kembali lagi. Karena disinilah serpihan surga yang tercecer di Timur Indonesia.”

Cewek-Cewek Tangguh
Perjalanan kami dimulai dari Pulau Kelor. Pulau yang paling dekat dari pelabuhan Tilong Labuan Bajo, sekitar 1 jam perjalanan. Disini, untuk melihat pemandangan dari atas puncak, kami harus trekking selama kurang lebih 10 menit. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan ke Pulau Rinca, dimana untuk mencapainya memakan waktu kurang lebih 2 jam karena letaknya yang lumayan jauh. Pulau Rinca adalah salah satu pulau yang dihuni oleh Komodo. Jumlah Komodo di Pulau Rinca ini sekitar 2.870 ekor. Tapi sensasi trekking di Pulau Rinca ini sangat berbeda karena disini terdapat padang savanna yang membentang luas di kawasan Pulau Rinca, sehingga membuat kami merasa berada di lokasi syuting film Jurrasic Park. Komodo di Pulau Rinca juga tidak begitu agresif, walaupun begitu kami tetap berhati-hati karena komodo mempunyai penciuman yang sangat kuat khususnya terkait dengan darah. Tapi, kami ditemani ranger yang sudah sangat profesional sehingga tidak perlu khawatir dan takut terhadap kadal besar yang sudah diakui oleh dunia. Selain itu, Pulau Komodo juga merupakan lokasi tempat tinggal komodo. Populasi komodo disini lebih banyak dari Pulau Rinca yaitu 2.918 ekor dan masih terus bertambah. Komodo disini juga besarbesar dan mudah ditemui di hutan-hutan sekitar kawasan Pulau Komodo. Selain itu komodo disini lebih bersifat agresif karena kekurangan makanan dibandingkan dengan Pulau Rinca. Untuk memasuki Pulau Rinca maupun Pulau Komodo, wisatawan dikenakan biaya sebesar Rp.80.000/orang dimana biaya tersebut sudah termasuk ranger. Pos yang menjadi pintu gerbang untuk memasuki kawasan Pulau Rinca dan Pulau Komodo dinamakan dengan Loh Liang dan Loh Buaya.

Komodo di Pulau Rinca dan Pulau Komodo, ada perbedaan?
 Setelah puas bertemu dan melihat langsung serta belajar tentang banyak hal dari komodo, kami melanjutkan perjalanan kembali untuk melihat keindahan lainnya yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo. Salah satunya adalah Pantai Pink, disini kami melakukan aktivitas snorkeling dan berenang sampai ke pesisir Pantai Pink. Setelah itu, kami melanjutkan trekking pada waktu ‘sunset dan sunrise’ ke salah satu 7 pulau yang sekarang lagi dikenal banyak orang, yaitu Pulau Padar. Betapa indahnya pemandangan Pulau Padar dari atas serta adanya pesona kontur Pulau Padar yang berbukit-bukit dan menjulang tinggi membuat pulau ini sangat menarik. Inilah beberapa dari banyaknya serpihan surga lainnya yang tersebar dengan keindahan alam di Kawasan Taman Nasional Komodo. Semua dapat ditemukan di Kawasan Taman Nasional Pulau Komodo, karena keindahan wisata bahari yang masih alami dan masih terjaga keasriannya sehingga membuat traveler wajib untuk mengunjungi Pulau Komodo. Setelah 4 hari 3 malam kami sailing ke 13 destinasi, mulai dari trekking, snorkeling¸, pengamatan komodo serta berinteraksi dengan masyarakat lokal, kami kembali ke Bali untuk melanjutkan rutinitas seperti biasanya. 


Seru bangett ya keliatannya

Kami sebagai salah satu wisatawan nusantara merasa sangat beruntung dapat mengunjungi Pulau Komodo. Dikarenakan banyak sekali pengalaman yang kami dapat dalam perjalanan ini, wawasan dan ilmu baru tersebut dapat kami jadikan pelajaran dan berbagi cerita kepada masyarakat di luar sana bahwasannya Indonesia itu luas dan memiliki keindahan yang luarbiasa serta keramahtamahan masyarakat lokal dan kebudayaan yang dimiliki oleh Taman Nasional Komodo ini. Percayalah, bila kalian memiliki niat, usaha dan doa pasti akan ada jalan untuk mencapai suatu tujuan. Jangan jadikan uang dan waktu luang menjadi hambatan kalian untuk tidak mencoba melakukan suatu perjalanan, karena semua itu bisa dihindari dengan suatu niat yang ikhlas dan usaha yang keras.

 CAT : Butuh Info Kapal Sailing, Tiket Pesawat, Biaya selama di Labuan Bajo bisa langsung kontak  saya, terimakasih.


Add me on?

Whatsapp: 0895375842228
Facebook: Dilah atha nazhima
Line: Dilahatha
Instagram: Dilahatha
Path: dilahatha
Email: adilah_ok@yahoo.com





Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel